Tulisan ini bukan tentang sinetron yang melegenda, Tukang Bubur Naik Haji. Tetapi tentang kisah seorang tukang bubur yang dulunya menjadi fenomena, Norman Kamaru.
Jalan hidup tidak siapapun yang tahu kecuali Allah. Begitu juga dengan Norman Kamaru. Mendadak terkenal berkat lipsync Chaiyya Chaiyya nya. Namun ternyata kariernya tidak berjalan lama.
Saat beliau memutuskan untuk mengundurkan diri dari korps brimob. Saat itu jugalah perlahan popularitas mulai menurun. Mungkin masyarakat ingin melihat beliau menjadi polisi yang bisa lipsync, bukan orang biasa yang jago nyanyi.
Norman Kamaru kembali menjadi buah berita akhir-akhir ini. Setelah beberapa media memberitakan tentang usahanya saat ini. Bersama istrinya beliau membuka usaha bubur Manado.
Tapi tulisan ini bukan membicarakan tentang hal ini. Saya lebih tertarik membaca komentar-komentar netizen tentang pekerjaan baru Norman ini.
Tak sedikit yang mencibir tentang pekerjaan Norman ini. Mungkin dari status dan tampilan Tukang Bubur dengan Anggota Brimob jauh ya.
Tapi hal tersebut tidak perlu jadi alasan untuk mencibir. Saya justru salut dengan Norman. Setidaknya dia sudah bisa berwirausaha. Satu hal yang selalu saya impikan.
Dan yang saya tahu orang-orang yang berjualan seperti itu omzetnya kadang bisa lebih besar dari orang yang kerja kantoran dari 8 sampai 5. Ya mungkin yang membedakan penampilan.
Jadi inti tulisan ini. Di titik manapun di hidupmu jangan pernah menyerah oleh keadaan. Cari celah untuk bangkit.Β Dan jangan menilai orang dari penampilan doang.
Bukittinggi, 11 September 2014
Rian
Mungkin yang bikin Norman kena bully karena pernyataannya yang bilang menyesal karena keluar dari brimob.
Pekerjaannya sekarang udah bagus kok. Kalo ditekuni tukang bubur aja bisa naik haji sampe tiga kali hihihihi.