Site icon udafanz.com

Twitter dan Perihal Mengikhlaskan yang Harus Diikhlaskan

Dini hari menjelang subuh, dan saya masih terjaga. Entah efek kafein dari kopi yang saya minum sekitar pukul 12 tadi, entah karena memang tubuh saya sudah terbiasa untuk terjaga di dini hari dan meminta jatah istirahat setelah salat subuh. Entahlah. Bisa saja keduanya.

Sementara itu telinga saya dipenuhi oleh suara Duta dengan Canggung-nya Sheila on 7 membawa pikiran saya mengawang ke beberapa waktu silam. Kenangan. Tidak, saya tidak akan membicarakan masa lalu. Saya tidak seberani itu untuk membahas mengenai masa lalu di blog. Lebih baik disimpan saja sendiri. Dikenang saja. Sesederhana itu.

Beberapa minggu yang lalu, saya lupa kapan persisnya, akun twitter saya disuspend oleh Twitter. Saya panik sekaligus kesal. Bukan apa – apa, saya merasa tidak melakukan tindakan yang melanggar aturan Twitter. Saya juga bukan orang yang main hestek setiap hari. Iya, kadang saya ngebuzz, tapi tidak setiap waktu. Ya paling sebulan bisa dihitung jarilah.

Kronologinya waktu itu siang hari, saya sedang mengecek linimasa. Biasalah, kebanyakan waktu luang. Tidak lama kira – kira jam 12, muncul notifikasi email dari twitter memberitahu bahwa akun saya kena suspend. Awalnya saya gak percaya dan menganggap kalau itu email semacam percobaan phising dan saya abaikan email tersebut.

Surat cinta yang menyakitkan

Dan ketika saya kembali ke aplikasi Twitter, tiba – tiba ada notifikasi bahwa akun saya disuspend. Fak! Ternyata beneran. Langsung panik dong. Mikirin kerjaan ada di sana yang sedang berjalan. Nah, yang bikin panik adalah Twitter mensuspend akun saya secara permanen. Entahlah, menurut saya ini tidak adil sama sekali. Suspend secara temporary saja belum pernah, eh sekalinya kena suspend malah kena suspend permanent. Sial.

Berbagai cara saya lakukan untuk mengembalikan akun tersebut agar lepas dari status suspend. Saya mendapat titik cerah dan sedikit harapan ketika membaca artikel dari mbak Helena, aduh saya lupa lagi linknya, yang kasusnya mirip saya. Tapi hasilnya adalah nol besar. Akun saya seperti divonis hukuman mati sama twitter sehingga tidak bisa dikembalikan statusnya. Mengirim ticket dan banding sia-sia. Tidak ada tanggapan sama sekali.

Usaha yang sia – sia, lebih ada peluangnya ngajakin mantan balik sih dari pada minta unsuspend twitter.

Banyak hal yang saya sesalkan dari disuspendnya akun tersebut. Itu akun pertama saya entah berapa kisah asmara dan drama yang telah saya lewati di akun tersebut yang dibikin sejak tahun 2009. Sedih men akun tahun lama, iya gengsi. Kaya keren aja gitu punya akun yang tahun bikinnya udah berusia hampir 10 tahun. Eh bukan gengsi sih, tepatnya kenangannya sih. Elah.

Saya kehilangan tweet yang saya like. Ada banyak twit yang saya like, entah itu twit yang berisi twitwor, tips blog, freebies dan hal – hal lainnya. Padahal belum semua twit yang saya like saya baca.

Oh let’s go back to the start…

Terus saya kehilangan following dan followers. Dengan akun baru, artinya saya memulai dari awal lagi. Ya memang, akun yang saya gunakan sekarang adalah akun tahun 2014, tapi tetap saja saya bingung dan perlu mengingat akun – akun apa saja yang dulu saya follow. Ini penting, karena di twitter saya bisa nemu hal – hal random dan sampah, jadi saya suka follow banyak akun yang menurut saya seru. Dan sialnya, gak semua akun saya hapal. Dan paling sedih sih kehilangan followers. Iya, berat. Twitter buat saya selain tempat nyampah, ya tempat cari duit juga. Dan keberadaan followers sedikit banyaknya memengaruhi nilai jual akun saya. 

Dan ternyata saya tidak sendiri, saya berpasangan ternyata ada blogger lain juga yang mengalami hal yang sama. Dan semuanya “dihukum” dengan “hukuman” yang sama oleh Twitter. Suspend permanent. Ini membuat saya berpikir bahwasanya perkara suspend ini bukan kesalahan saya, tapi emang karena Twitternya sendiri yang rese. Dan saya baca, Twitter lagi ujicoba sistem AI-nya dan efeknya ya gitu. Sial memang.

Tapi, mau gimana pun rasanya sulit untuk mengembalikan akun lama tersebut ke status unsuspend. Yang saya bisa lakukan saat ini ya cuma mengikhlaskan akun tersebut. Anjir, napa lagu Canggung-nya jadi Lapang Dada ini elah. Berat memang, tapi ya mesti move on. Yeah, as we know ,fase terberat dari move on itu adalah menghadapi kenyataan dan mengikhlaskan apa yang telah pergi.

Elah, ini napa bahas move on. Elah. Sudahlah, anggap saja akun twitter yang kena suspend ini kaya mantan yang emang cuma enak buat dikenang. Ga usah ngarep balikan. Balik pun ceritanya gak bakalan sama. Aelah. Ini nulis apaan yak! Udah ah, jangan lupa follow akun twitter saya di sini. Tenang, kalo blogger, pasti saya follow balik kok. Btw, kalo rindu bilang ya, kamu jangan diam aja.

Kau harus bisa bisa berlapang dada
Kau harus bisa bisa ambil hikmahnya
Karena semua semua tak lagi sama
Walau kau tahu dia pun merasakannya

 

Caw!

Mwah!

Exit mobile version